GAROSO - Salah Satu Plasma Nuftah Unggulan Kota Bima
Srikaya alias Annona squamosa L. merupakan salah satu buah eksotis yang saat ini tengah banyak dibudidayakan petani tanaman buah dan kolektor tanaman buah di Indonesia. Salah satu jenis srikaya lokal yang punya potensi bagus untuk dikembangkan datang dari sudut nusantara, tepatnya dari Nusa Tenggara Barat, bernama srikaya bima raba.
Srikaya bima raba merupakan salah satu buah andalan dari Kabupaten/Kota Bima. Karena banyak tumbuh atau dihasilkan di Bima, buah ini sudah terkenal dengan sebutan Garoso Mbojo. Rasanya yang menggoda membuat orang menanti kehadiran musimnya yang hanya dua kali setahun.
Buah srikaya ini termasuk salah satu plasma nutfah andalan dari wilayah NTB. Varietas inipun sudah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP), Kementan dengan nomer pendaftaran 35/PVL/2008. Kontribusi tanaman srikaya ini bagi perkembangan ekonomi warga sangatlah besar. Dimana srikaya bima ini sudah sampai ‘diekspor’ keluar daerah.
Menilik morfologinya, pohon srikaya ini memiliki tinggi sekitar 3 meter, jumlah buah per tandannya 1 buah, panjang buha matang 8 cm, diameter buah matang 6 cm, panjang tangkai buah 2-2,5 cm, bentuk buah matang bulat lonjong, berat buah 100-170 gram, bentuk melintang buah bulat agak lonjong, warna kulit buah kala matang hijau muda kemerahan, ketebalan kulit buah 0,3-0,4 cm, permukaan kulit buah bersusun seperti genteng, kedalaman tangkai buah dangkal, tekstur daging buah lunak berair, dan warna daging buahnya putih.
Selain itu, jumlah bijinya 150-200 butir, berat biji 0,20-0,28 gram, warna biji cokelat tua, bentuk biji lonjong gepeng, panjang biji 1,1-1,5 cm, lebar biji 0,6-0,8 cm dam tebal biji 0,3-0,4 cm.
Sifat-sifat khusus yang dimiliki buah srikaya bima raba ini antara lain memiliki daging buah yang manis, kadar gula 6,9 brix, kandungan vitamin C nya 24,8/100 gram, aroma daging buah agak harum, dan produksi buah per pohon 25-30 kg/tahun.
Sejauh ini masyarakat kita memang belum terbiasa mengonsumsi srikaya. Salah satunya karena buah ini terbilang sulit dikonsumsi. Selain karena buahnya kecil-kecil, buah ini juga mengandung banyak biji. Namun, tidak ada salahnya kan Anda mencicipi buah khas nuusantara ini? Selain enak, tentu saja buah ini kaya gizi.
Srikaya bisa dibudidaya dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 100-1.000 mdpl. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada semua jenis tanah, namun lebih maksimal jika ditanam pada tanah gembur berpasir yang banyak mengandung bahan organik dengan derajat keasaman (pH) 5,5-7,5.
Pohon srikaya tidak bisa dikembangbiakkan dengan cara dicangkok, karena kulit batangnya yang tipis. Teknik pengembangbiakan yang biasa digunakan ada dua, yaitu okulasi (budding) dan sambung (grafting). Dua cara tersebut mempunyai keunggulan masing-masing. Okulasi dipandang sebagai cara pengembangbiakan yang paling efisien, dengan tingkat keberhasilan 70%. Pengembangbiakan sistem sambung mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi yakni 90%, tapi sistem sambung menggunakan lebih banyak mata tunas (7-10 buah), sedangkan okulasi hanya menggunakan 1-2 buah mata tunas. Singkat kata, kalau 10 mata tunas hanya jadi satu buah bibit sambung, dengan okulasi bisa menjadi 5-10 bibit okulasi.
Penanaman ideal srikaya baiknya dilakukan di awal musim hujan. Polibag bibit srikaya dibuka dengan hati-hati agar tanah pada perakaran tidak hancur/pecah. Bibit dibuatkan lubang sebesar polibag, kemudian ditanam. Agar bibit tidak rebah selama bibit belum berumur satu tahun, maka perlu dipasang tiang penahan angin. Terakhir, petakan ditutup dengan cover crop untuk mempertahankan kelembaban tanah, dengan tetap menjaga areal di bawah tajuk tetap 100% bersih dari gulma. Tujuh bulan pasca-penanaman, buah pun sudah siap dipanen. (berbagai sumber)